Selasa, 20 Mei 2008

Reni Gadis Karaoke

Istri sudah punya. Anak juga sudah sepasang. Rumah, meskipun
cuma rumah BTN juga sudah punya. Mobil juga meski kreditan
sudah punya. Mau apalagi? Pada awalnya aku cuma iseng-iseng
saja. Lama-lama jadi keterusan juga. Dan itu semua karena
makan buah terlarang.

Kehidupan rumah tanggaku sebetulnya sangat bahagia. Istriku
cantik, seksi dan selalu menggairahkan. Dari perkawinan kami
kini telah terlahir seorang anak laki-laki berusia delapan
tahun dan seorang anak cantik berusia tiga tahun, aku cuma
pegawai negeri yang kebetulan ounya kedudukan dan jabatan yang
lumayan.

Tapi hampir saja biduk rumah tanggaku dihantam badai. Dam
memang semua ini bisa terjadi karena keisenganku, bermain-main
api hingga hampir saja menghanguskan mahligai rumah tanggaku
yang damai. Aku sendiri tidak menyangka kalau bisa menjadi
keterusan begitu.

Awalnya aku cuma iseng-iseng main kesebuah klub karaoke. Tidak
disangka disana banyak juga gadis-gadis cantik berusia remaja.
Tingkah laku mereka sangat menggoda. Dan mereka memang sengaja
datang kesana untuk mencari kesenangan. Tapi tidak sedikit
yang sengaja mencari laki-laki hidung belang.

Terus terang waktu itu aku sebenarnya tertarik dengan salah
seorang gadis disana. Wajahnya cantik, Tubuhnya juga padat dan
sintal, Kulitnya kuning langsat. Dan aku memperkirakan umurnya
tidak lebih dari delapan belas tahun. Aku ingin mendekatinya,
tapi ada keraguan dalam hati. Aku hanya memandanginya saja
sambil menikmati minuman ringan, dan mendengarkan lagu-lagu
yang dilantunkan pengunjung secara bergantian.

Tapi sungguh tidak diduga sama sekali ternaya gadis itu tahu
kalau aku sedari tadi memperhatikannya. Sambil tersenyum dia
menghampiriku, dan langsung saja duduk disampingku. Bahkan
tanpa malu-malu lagi meletakkan tangannya diatas pahaku. Tentu
saja aku sangat terkejut dengan keberaniannyayang kuanggap
luar biasa ini.

"Sendirian aja nih .. Omm..," sapanya dengan senyuman
menggoda.

"Eh, iya..," sahutku agak tergagap.

"Perlu teman nggak..?" dia langsung menawarkan diri.

Aku tidak bisa langsung menjawab. Sunnguh mati, aku benar-benar
tidak tahu kalu gadis muda belia ini sungguh pandai merayu.
Sehingga aku tidak sanggup lagi ketika dia minta ditraktir
minum. Meskipun baru beberapa saat kenal, tapi sikapnya sudah
begitu manja. Bahkan seakan dia sudah lama mengenalku. Padahal
baru malam ini aku datang ke klub karaoke ini dan bertemu
dengannya.

Semula aku memang canggung, Tapi lama-kelamaan jadi biasa
juga. Bahkan aku mulai berani meraba-raba dan meremas-remas
pahanya. Memang dia mengenakan rok yang cukup pendek, sehingga
sebagian pahanya jadi terbuka.

Hampir tengah malam aku baru pulang. Sebenarnya aku tidak
biasa pulang sampai larut malam begini. Tapi istriku tidak
rewel dan tidak banyak bertanya. Sepanjang malam aku tidak
bisa tidur. Wajah gadis itu masih terus membayang dipelupuk
mata. Senyumnya, dan kemanjaannya membuatku jadi seperti
kembali kemasa remaja.

Esoknya Aku datang lagi ke klub karaoke itu, dan ternyata
gadis itu juga datang kesana. Pertemuan kedua ini sudah tidak
membuatku canggung lagi. Bahkan kini aku sudah berani mencium
pipinya. Malam itu akau benar-benar lupa pada anak dan istri
dirumah. Aku bersenang-senang dengan gadis yang sebaya dengan
adikku. Kali ini aku justru pulang menjelang subuh.

Mungkin karena istriku tidak pernah bertanya, dan juga tidak
rewel. Aku jadi keranjingan pergi ke klub karaoke itu. Dan
setiap kali datang, selalu saja gadis itu yang menemaniku. Dia
menyebut namanya Reni. Entah benar atau tidak, aku sendiri
tidak peduli. Tapi malam itu tidak seperti biasanya. Reni
mengajakku keluar meninggalkan klub karaoke. Aku menurut saja,
dan berputar-putar mengelilingi kota jakarta dengan kijang
kreditan yang belum lunas.

Entah kenapa, tiba-tiba aku punya pikiran untuk membawa gadis
ini kesebuah penginapan. Sungguh aku tidak menyangka sama
sekali ternyata Reni tidak menolak ketika aku mampir dihalaman
depan sebuah losmen. Dan dia juga tidak mnolak ketika aku
membawanya masuk kesebuah kamar yang telah kupesan.

Jari-jariku langsung bergerak aktif menelusuri setiap lekuk
tubuhnya. Bahkan wajahnya dan lehernya kuhujani dengan
ciuman-ciuman yang membangkitkan gairah. Aku mendengar dia
mendesah kecil dan merintih tertahan.Aku tahu kalau Reni sudah
mulai dihinggapi kobaran api gairah asmara yang membara.

Perlahan aku membaringkan tubuhnya diatas ranjang dan satu
persatu aku melucuti pakaian yang dikenakan Reni, hingga tanpa
busana sama sekali yang melekat ditubuh Reni yang padat
berisi. Reni mendesis dan merintih pelan saat ujung lidahku
yang basah dan hangat mulai bermain dan menggelitik puting
payudaranya. Sekujur tubuhnya langsung bergetar hebat saat
ujung jariku mulai menyentuh bagian tubuhnya yang paling rawan
dan sensitif. Jari-jemariku bermain-main dipinggiran daerah
rawan itu. Tapi itu sudah cukup membuat Reni menggerinjing dan
semakin bergairah.

Tergesa-gesa aku menanggalkan seluruh pakaian yang kukenakan,
dan menuntun tangan gadis itu kearah batang penisku. Entah
kenapa, tiba-tiba Reni menatap wajahku, saat jari-jari
tangannya menggenggam batang penis kebangganku ini, Tapi hanya
sebentar saja dia menggenggam penisku dan kemudian
melepaskannya. Bahkan dia melipat pahanya yang indah untuk
menutupi keindahan pagarayu-nya.

"Jangan, Omm..., " desah Reni tertahan, ketika aku mencoba
untuk membuka kembali lipatan pahanya.

"Kenapa?" tanyaku sambil menciumi bagian belakang telinganya.

"Aku.. hmm, aku..." Reni tidak bisa meneruskan kata-katanya.
Dia malah menggigit bahuku, tidak sanggup untuk menahan gairah
yang semakin besar menguasai seluruh bagian tubuhnya. Saat itu
Reni kemudian tidak bisa lagi menolak dan melawan gairahnya
sendiri, sehingga dikit demi sedikit lipatan pahanya yang
menutupi vaginanya mulai sedikit-demi sedikit terkuak, dan aku
kemudian merenggangkannya kedua belah pahanya yang putih mulus
itu sehingga aku bisa puas-puas menikmati keindahan bentuk
vagina gadis muda ini yang mulai tampak merekah.

Dan matanya langsung terpejam saat merasakan sesuatu benda
yang keras, panas dan berdenyut-denyut mulai menyeruak
memasuki liang vaginanya yang mulai membasah. Dia
menggeliat-geliat sehingga membuat batang penisku jadi sulit
untuk menembus lubang vaginanya. Tapi aku tidak kehilangan
akal. Aku memeluk tubuhnya dengan erat sehingga Reni saat itu
tidak bisa leluasa menggerak-gerakan lagi tubuhnya. Saat itu
juga aku menekan pinggulku dengan kuat sekali agar seranganku
tidak gagal lagi.

Berhasil!, begitu kepala penisku memasuki liang vagina Reni
yang sempit, aku langsung menghentakan pinggulku kedepan
sehingga batang penisku melesak kedalam liang vagina Reni
dengan seutuhnya, seketika itu juga Reni memekik tertahan
sambil menyembunyikan wajahnya dibahuku, Seluruh urat-urat
syarafnya langsung mengejang kaku. Dan keringat langsung
bercucuran membasahi tubuhnya. Saat itu aku juga sangat
tersentak kaget, aku merasakan bahwa batang penisku seakan
merobek sesuatu didalam vagina Reni, dan ini pernah kurasakan
pula pada malam pertamaku, saat aku mengambil kegadisan dari
istriku. Aku hampir tidak percaya bahwa malam ini aku juga
mengambil keperawan dari gadis yang begitu aku sukai ini. Dan
aku seolah masih tidak percaya bahwa Reni ternyata masih
perawan.

Aku bisa mengetahui ketika kuraba pada bagian pangkal pahanya,
terdapat cairan kental yang hangat dan berwarna merah. Aku
benar-benar terkejut saat itu, dan tidak menyangka sama sekali,
Reni tidak pernah mengatakannya sejak semula. Tapi itu semua
sudah terjadi. Dan rasa terkejutku seketika lenyap oleh
desakan gairah membara yang begitu berkobar-kobar.

Aku mulai menggerak-gerakan tubuhku, agar penisku dapat
bermain-main didalam lubang vagina Reni yang masih begitu
rapat dan kenyal, Sementara Reni sudah mulai tampak tidak
kesakitan dan sesekali tampak diwajahnya dia sudah bisa mulai
merasakan kenikmatan dari gerakan-gerakan maju mundur penisku
seakan membawanya ke batas ujung dunia tak bertepi.

Malam itu juga Reni menyerahkan keperawannya padaku tanpa ada
unsur paksaan. Meskipun dia kemudian menangis setelah semuanya
terjadi, Dan aku sendiri merasa menyesal karena aku tidak
mungkin mengembalikan keperawanannya. Aku memandangi
bercak-bercak darah yang mengotori sprei sambil memeluk tubuh
Reni yang masih polos dan sesekali masih terdengar isak
tangisnya.

"Maafkan aku, Ren. Aku tidak tahu kalau kamu masih perawan.
Seharusnya kamu bilang sejak semula...," kataku mencoba
menghibur.

Reni hanya diam saja. Dia melepaskan pelukanku dan turun dari
pembaringan. Dia melangkah gontai kekamar mandi. Sebentar saja
sudah terdengar suara air yang menghantam lantai didalam kamar
mandi. Sedangkan aku masih duduk diranjang ini, bersandar pada
kepala pembaringan.

Aku menunggu sampai Reni keluar dari kamar mandi dengan tubuh
terlilit handuk dan rambut yang basah. Aku terus memandanginya
dengan berbagai perasaan berkecamuk didalam dada. Bagaimanapun
aku sudah merenggut kegadisannya. Dan itu terjadi tanpa dapat
dicegah kembali. Reni duduk disisi pembaringan sambil
mengeringkan rambutnya dengan handuk lain.

Aku memeluk pinggangnya, dan menciumi punggungnya yang putih
dan halus. Reni menggeliat sedikit, tapi tidk menolak ketika
aku membawanya kembali berbaring diatas ranjang. Gairahku
kembali bangkit saat handuk yang melilit tubuhnya terlepas dan
terbentang pemandangan yang begitu menggairahkan datang dari
keindahan kedua belah payudaranya yang kencang dan montok,
serta keindahan dari bulu-bulu halus tipis yang menghiasi
disekitar vaginanya.

Dan secepat kilat aku kembali menghujani tubunya dengan
kecupan-kecupan yang membangkitkan gairahnya. Reni merintih
tertahan, menahan gejolak gairahnya yang mendadak saja terusik
kembali.

"Pelan-pelan, Omm. Perih....," rintih Reni tertahan, saat aku
mulai kembali mendobrak benteng pagarayunya untuk yang kedua
kalinya. Renny menyeringai dan merintih tertahan sambil
mengigit-gigit bibirnya sendiri, saat aku sudah mulai
menggerak-gerakan pinggulku dengan irama yang tetap dan
teratur.

Perlahan tapi pasti, Reni mulai mengimbangi gerakan tubuhku.
Sementara gerakan-gerakan yang kulakukan semakin liar dan tak
terkendali. Beberapa kali Reni memekik tertahan dengan tubuh
terguncang dan menggeletar bagai tersengat kenikmatan klimaks
ribuan volt. Kali ini Reni mencapai puncak orgasme yang
mungkin pertama kali baru dirasakannya. Tubuhnya langsung
lunglai dipembaringan, dan aku merasakan denyutan-denyutan
lembut dari dalam vaginanya, merasakan kenikmatan
denyut-denyut vagina Reni, membuat aku hilang kontrol dan
tidak mampu menahan lagi permainan ini.. hingga akhirnya aku
merasakan kejatan-kejatan hebat disertai kenikmatan luar biasa
saat cairan spermaku muncrat berhamburan didalam liang vagina
Renny. Akupun akhirnya rebah tak bertenaga dan tidur
berpelukan dengan Reni malam itu.

TAMAT

Video Syuur

Foto Syuur

Download Cerita Disini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar