Senin, 19 Mei 2008

Gadis Gadis Alim

Please CLICK Our Sponsor to keep this site going.

"Ehhh... ada tamu. Temannya Mbak Uswatun ya?" sapa Upik ketika pulang

kuliah dan masuk ruang tamu. Heran juga ia melihat tiga lelaki yang
berpenampilan agak kasar itu ada di dalam rumah kostnya.

"Ih, Uswatun kok punya temen serem gitu sih," batinnya.
"Iya Mbak. Baru pulang kuliah?" sahut salah satu dari para 'tamu' itu, sambil

mengepulkan asap rokoknya.
"He..eh, baru pulang nich. Sudah ketemu Uswatunnya?"
"Belum Mbak. Dari tadi nggak keluar-keluar," sahut lelaki tadi sambil
melirik dua temannya yang cuma senyum-senyum.
"Iya deh, aku panggilin ya?"
Upik setengah berlari ke kamar Uswatun. Pintunya tertutup rapat.
Langkahnya berhenti di depan kamar karena mendengar suara rintihan
seorang perempuan.
"Mbak....mbak Us....kenapa Mbak?" Upik mengetuk pintu.
"Eungghhh....aunghhh....mmmmfff..." yang terdengar justru sahutan
erangan Uswatun yang tengah menerima gempuran habis-habisan di vagina
dan mulutnya.
Upik memberanikan diri membuka pintu. Matanya langsung terbeliak
melihat seorang gadis berjilbab terikat di ranjangnya, ditindih dua
lelaki telanjang. Upik langsung berbalik, lari...
"Tolooongg....tolooong...." teriaknya agak keras.
Baru lima langkah berlari, Upik terpaksa berhenti karena tiga lelaki
yang tadi di ruang tamu menghalangi jalannya.
"Ada apa, Mbak?"
"Us...Uswatun...di...diper...kosa..." Upik terbata-bata.
"Ooo itu...itu bukan diperkosa namanya. Itu cuma peristiwa masuknya
kontol ke dalam tempik...."
Upik seperti mendengar petir saat lelaki di depannya mengatakan itu.
Ia berupaya menghindar dan lari lagi.
"Toollloooo.....mmmbbbppp...."
Dua lelaki mencengkeram kedua lengannya dan salah satu membungkam
mulutnya. Matanya melotot ketakutan. Apalagi satu lelaki lagi
menempelkan belati ke pipinya.
"Jangan coba-coba teriak, mengerti!" desisnya. Upik mengangguk dan
mulutnya tak dibungkam lagi.
"Ja...jangan...perkosa saya...." ibanya.
"Seperti kami bilang. Kami tak akan memperkosa. Cuma memasukkan
kontol-kontol kami ke dalam tempik kalian. Ingat, kamu hanya boleh
merintih dan mengerang. Kalau coba-coba teriak, kamu bisa kehilangan
ini...."
"Adudududuhhh...iya...iya...lepaskan....aduhhh..." Upik memekik.
Lelaki di depannya mencengkeram payudara kanannya dari luar jilbab
dan jubahnya. Begitu keras cengkeraman itu seolah gumpalan daging itu
bakal lepas dari tempatnya.
"Awwhhh...awwhhhh...." Upik mengaduh ketika tiba-tiba dua hantaman
tinju seperti disengaja diarahkan ke kedua payudaranya. Pukulan
sekali lagi menghantam selangkangannya membuatnya tersungkur di
lantai dengan nafas tersengal.
Upik tak bisa berteriak ketika salah satu lelaki merobek bagian bawah
pakaiannya dan mengikat kedua tangannya ke belakang dengan sobekan
kain. Lelaki itu merobek lagi jubah abu-abunya dan menyumpal mulutnya
dengan sobekan kain.

Mahasiswi se-Fakultas dengan Uswatun itu lalu dipaksa berdiri oleh
seorang lelaki yang merengkuhnya dari belakang. Upik meronta dan
merintih ketika melihat lelaki di depannya menyingkapkan jilbabnya ke
pundaknya, lalu mencengkeram keras payudaranya lagi. Gadis asal desa
perbatasan Yogya-Jateng itu makin ketakutan ketika jubahnya dilucuti.
Dua lelaki di depannya tertawa-tawa melihat gadis itu kini hanya
mengenakan BH dan celana dalam. Lelaki yang memegang belati kemudian
menempelkan belatinya ke leher Upik. Upik merinding, apalagi belati
itu kemudian bergerak turun, melingkari gundukan daging payudaranya
yang menyembul dari kantung BH.
Lalu mata pisau menyelip di sambungan kantung BH. Sekali tarik, BH-
nya putus dan langsung direnggut lelaki satunya. Upik terisak saat
lelaki itu menyentuhkan ujung belati ke dua putingnya yang mungil dan
hitam. Sementara lelaki di belakang menggenggam kedua payudaranya
yang montok sehingga makin menjulang.
Upik gemetar ketika kemudian pisau itu ditempelkan ke bawah, lalu
menyelinap ke balik celana dalamnya. Logam yang dingin menyentuh
celah bibir vaginanya, membuatnya gemetar. Sekejap kemudian, celana
dalamnya juga menjadi mangsa pisaunya itu. Kini tak ada seutas benang
pun menutupi tubuhnya yang kuning langsat, kecuali sehelai jilbab di
kepalanya dan kaus kaki krem.
Takut bercampur malu sungguh menyiksanya, sebab belum pernah orang
lain melihat tubuhnya tanpa pakaian. Apalagi, tiga lelaki itu kini
berebut meremas vaginanya yang berambut tipis.
Upik putus asa. Air mata menitik dari kedua matanya. Tiga lelaki itu
kini sudah melepas celana mereka dan memperlihatkan penis yang hitam
dan besar. Upik kini dipaksa berbaring telentang di lantai saat
lelaki yang memegang pisau mengangkat kedua belah kakinya ke atas.
"Ampuun....ooohh...jangann....aaaaakkhhh...."
Tanpa basa-basi, ia masukkan penisnya ke dalam vagina Upik.
Mahasiswi cantik itu mengerang panjang merasakan vaginanya sangat
pedih. Ia merasa ada yang koyak di dalamnya. Ia makin tak karuan
ketika sumbat mulutnya dilepas lalu lelaki lain memaksanya mengulum
penisnya. Sementara lelaki ketiga hanya meremas-remas buah dadanya,
menarik-narik putingnya dan mencabuti bulu kemaluannya.
Setelah beberapa menit, lelaki yang merenggut mahkotanya mencapai
klimaks dan menumpahkan sperma ke dalam rahimnya. Disusul oleh
rekannya yang menumpahkan sperma di dalam mulutnya. Upik terbatuk
sehingga semprotan sperma berikutnya menodai wajah lembutnya serta
jilbab abu-abunya. Lelaki ketiga tak mau berlama-lama, memperkosa
Upik yang lunglai dengan kasar, lalu menyemprotkan sperma ke wajahnya
lagi.
***
Mulut Upik yang penuh sperma sudah disumbat lagi. Ia masih terikat
ketika diseret ke kamar mandi, lalu selang yang menyemprotkan air
deras disodokkan ke vaginanya. Air yang mengalir ke luar berwarna
merah bercampur lendir putih. Upik kelojotan menahan pedih.
Dari kamar mandi, tiga lelaki itu mengacungkan jempol kepada dua
rekannya yang tadi mengerjai Uswatun. Pintu kamar Uswatun terbuka dan
terlihat gadis itu pingsan. Ketiga lelaki itu lalu kembali ke ruang
tamu, menunggu 4 gadis lainnya yang belum kembali.
Sementara dari dekat kamar mandi kembali terdengar jerit atau lebih
tepatnya rintihan Upik yang diseret dua lelaki yang tadi memperkosa
Uswatun. Dengan tangan tetap terikat, Upik dibaringkan di atas meja
makan. Kakinya menjuntai ke bawah meja.
Sobekan celana dalamnya kemudian disumpalkan ke mulutnya sendiri.
Karena itu ia hanya bisa mengerang ketika vaginanya jadi sasaran
pemuas mulut. Kedua payudaranya yang tak seberapa besar pun
dicengkeram dan dijilati. Lalu, terasa vaginanya kembali disodok
penis yang keras dan panjang.
Upik mengerang panjang ketika kedua putingnya ditarik ke atas tinggi-
tinggi. Otot-otot vaginanya berkontraksi ketika ia kesakitan.
Akibatnya, pemerkosanya terangsang untuk terus menyakitinya. Kali
ini, sambil memajumundurkan penisnya, lelaki itu mencabuti sehelai
demi sehelai rambut kemaluan Upik yang lebih lebat dari milik
Uswatun.
Upik terisak-isak ketika lelaki itu akhirnya usai dan menyemprotkan
spermanya ke dalam rahimnya. Tapi itu belum berakhir. Lelaki kedua
kini menekan-nekan anusnya dengan telunjuk. Diolesinya lubang sempit
itu dengan sperma temannya yang meleleh keluar dari celah vaginanya.
"Ngghhh....ngghhhhh..." Upik melengkungkan punggungnya saat telunjuk
lelaki itu mulai menyusup masuk. Lalu, satu jari lagi menyusul.
Upik mengerang keras. Belum pernah ia merasakan sakit seperti itu.
Apalagi kemudian dua jari lagi masuk. Lalu, dua telunjuk dan dua jari
tengah, bergerak ke arah berlawanan, melebarkan lubang anusnya.
Lelaki itu kini menempatkan kepala penisnya di lubang itu dan
melepaskan tarikannya.
Upik merintih...sesuatu yang besar terasa mengganjal di pintu liang
anusnya. Apalagi, lelaki itu kemudian mulai mendorong. Upik mengerang
dan meronta sejadinya. Bagian bawah tubuhnya seakan terbelah.
Lelaki itu terus menyodominya. Tiap ditarik keluar, terlihat penisnya
bernoda darah. Tetapi itu justru membuatnya makin bernafsu. Tangan
kanannya meremas-remas kedua payudara Upik, seolah hendak
meremukkannya. Tangan kirinya meremas vagina Upik dan dua jarinya
masuk jauh ke dalam. Lalu dengan tusukan jauh ke dalam, lelaki itu
menumpahkan spermanya ke dalam anus mahasiswi itu. Hanya beberapa
saat sebelumnya, Upik pingsan...
***
Dua jam lebih, kelima lelaki itu menunggu gadis lainnya datang. Upik
masih pingsan di meja makan. Uswatun yang siuman tak mampu melakukan
apapun. Namun, ketika seorang di antara pemerkosanya masuk kamar dan
iseng mengolesi kedua puting dan klitorisnya dengan rheumason, ia
kelojotan menahan panas.
Kelima lelaki itu nyaris bersorak ketika mendengar deru motor di
depan rumah. Dari jendela ruang tamu terlihat, Erika turun dari motor
yang dikendarai seorang gadis berjilbab pendek. Mata kelima lelaki
itu tak lepas dari sepasang payudara pengendara motor itu. Sebab,
meski berjilbab, ia mengenakan kaus lengan panjang ketat berwarna
pink, sewarna dengan jilbabnya. Saking ketatnya, bentuk tubuhnya
begitu kentara, terutama tonjolan besar di dadanya. Bahkan, jilbab
kecilnya tersingkap menampakkan leher T-Shirt yang lebar. Bahunya
yang putih terbuka dan sebelah tali BH putih yang kecil terlihat di
situ.
"Kita dapat dua lagi..." bisik pimpinan komplotan itu. Tapi ia kecewa
melihat gadis itu kembali menstarter motornya.
Kekecewaannya terobati begitu mendengar Erika berkata:
"Jangan lupa jemput jam 3 ya?"
Gadis berkaus ketat itu pun pergi. Dan kini Erika dengan santainya
masuk rumah, mendorong pintu ruang tamu yang sedikit terbuka.
"Eh...ada tamu. Cari siapa ya..?" Erika menyapa setelah agak terkejut
melihat ruang tamu berisi 5 lelaki yang tak dikenal.
"Cari Erika dong..." kata pimpinan komplotan yang duduk tepat di sisi
Erika berdiri.
"Cari saya? Ada perlu apa ya?" Erika mengerutkan keningnya.
"Perlunyaaa....mau lihat memek kamu..." sambil berkata begitu, lelaki
itu menangkupkan telapak tangannya, tepat di pangkal paha Erika.
"Eiiihhh...." Erika berkelit mundur. "Jangan kurang ajar ya..." katanya.
"Kami nggak akan kurang ajar kalau kamu tidak berteriak dan mau
menurut perintah kami..."
Erika ketakutan ketika melihat lima lelaki itu masing-masing
menghunus pisau lipat. Ia mencoba lari, tetapi seorang di antara
mereka berdiri di depan pintu.
"Kalian mau apa...?" katanya lirih, wajah cantiknya menjadi pucat.
"Seperti kubilang tadi, mau lihat memekmu. Ayo, sekarang buka baju.
Ayo…, jangan sampai kami robek-robek bajumu dengan pisau ini," sahut
pimpinan komplotan.
"Saya... saya...nggak mau..." sahut Erika.
"Kalau nggak mau, kamu bisa bernasib seperti Uswatun dan Upik,"
"Uswatun....Upik...kalian apakan mereka?"
"Coba kamu lihat sendiri. Kalau kamu tak ingin seperti mereka, cepat
balik ke sini lagi"
Erika cepat berlari ke dalam. Sejurus kemudian terdengar Erika
memekik menyebutkan nama teman-temannya. Kelima lelaki itu tertawa-
tawa. Tawa mereka makin menjadi melihat Erika kembali kepada mereka
dengan wajah panik.
"Jangan...jangan perkosa saya..." katanya lirih.
"Tentu tidak, sayang...Asal kamu menuruti semua perintah kami," sahut
pimpinan komplotan. "Nah, sekarang buka rokmu," lanjutnya.
Erika gemetar. Di bawah tatapan 5 pasang mata, ia menurunkan
ritsleting rok panjangnya. Di baliknya ada rok dalam. Itupun segera
lepas. Erika menunduk. Tangannya bersilangan di depan pangkal
pahanya. Ia kini hanya memakai blus panjang 20 cm di atas lututnya
dan jilbab yang juga panjang. Para lelaki itu berdecak melihat
sepasang pahanya yang putih mulus.
"Jilbab. Nggak usah dibuka, sampirkan ke pundak," perintah pimpinan
komplotan.
Wajah Erika makin merah padam saat blusnya akhirnya harus lepas. Lalu
kaus dalam pun lepas. Tinggal kini jilbab, bra dan celana dalam putih
yang menampakkan ketembaman bukit vaginanya.
"Yah...kamu cantik sekali. Nah, sekarang keluarkan satu tetekmu!"
Erika terisak. Tangannya gemetar menyelusup ke balik cup kanan BH-nya
dan ... kelima lelaki itu bersorak melihat payudara yang indah
menyembul keluar dari wadahnya. Putih mulus padat dengan puting mungil berwarna
pink.
"Ayo, anggap saja kamu jualan susu. Bawa ke sini susu itu."
Erika yang tak punya pilihan lain pun berkeliling. Satu demi satu
srigala-srigala itu menjilat dan mengulum putingnya. Sementara tangan-
tangan mereka mulai menjamah kemaluannya.
Usai lelaki kelima 'mimik cucu', Erika diminta berbalik.
"Nah, sekarang bagian terpenting. Buka celanamu dan sekarang kamu
jualan memek," perintah pimpinan komployan.
Isak Erika makin keras saat ia menurunkan celana dalamnya.
Kemaluannya yang berbulu tipis pun terbuka bebas. Edan, ia kemudian
diperintah naik ke atas sofa ruang tamu dan mengangkangi satu persatu
wajah kelima lelaki itu.
Erika kini menangis. Kelima lelaki itu menjilati vaginanya.
Akhirnya, begitu lelaki kelima usai, Erika terkejut karena kedua
tangannya diringkus ke belakang dan langsung diikat.
"Eh...uhh...kok diikat sih?" katanya.
"Ya...supaya kamu nggak ngelawan. Soalnya pertama kali pasti sakit
sekali..."
Erika terkejut, tetapi terlambat.
"Ka...katanya...kalian nggak akan memperkosa saya..."
"Tadinya begitu...tapi melihat memekmu ini, jadi nggak tahan..."
Erika panik.
"Kalian bohong...kalian...penipu...." jeritnya.
"Bukan...bukan penipu. Tepatnya...pemerkosa," sahut pimpinan
komplotan sambil berdiri dan mendorong Erika hingga jatuh terlentang
di meja ruang tamu. Erika berontak tapi seorang lelaki langsung
mengangkangi wajahnya. Tanpa banyak kesulitan, lelaki itu menyumpal
mulut Erika dengan penisnya yang besar.
Erika panik ketika merasakan sesuatu yang hangat dan keras menekan
pintu liang vaginanya. Ketakutannya terbuktI ketika akhirnya ia
merasakan sesuatu itu mulai menerobos dan....
"Nggghhhh....nnggghhhhhhh....mffffff...." Erika mengerang sejadinya
saat lelaki itu dengan tiba-tiba mendorong penisnya jauh ke dalam
vagina perawannya.
Satu persatu kelima lelaki itu menumpahkan sperma ke mulut, rahim dan
wajah lembut Erika. Namun, ketika seorang di antara mereka menerobos
anusnya, Erika tak kuat lagi. Ia akhirnya pingsan. Tetapi tetap saja
sperma lelaki itu ditumpahkan ke dalam anusnya.
***
Uswatun, Upik dan Erika masih pingsan. Upik di meja makan, Uswatun di
kamarnya bersama Erika yang masih terikat, dibaringkan di sebelahnya.
Kelima lelaki itu masih belum puas. Tiga gadis belum cukup. Apalagi,
masih ada empat lagi yang segera datang.
Betul saja, sekitar pukul 13.30, terdengar deru sepeda motor langsung
masuk ke garasi samping. Kelima lelaki itu mengintip dari ruang tamu.
Tampak seorang gadis berseragam blus panjang sepaha dan rok panjang
abu-abu serta jilbab putih setengah berlari ke kamar mandi.
Inda, gadis remaja itu begitu kebelet pipis. Sampai-sampai ia tak
melihat ada apa di atas meja makan, 5 meter dari kamar mandi. Yang
jelas, di kamar mandi, ia menarik ke atas rok panjangnya, menurunkan
celana dalamnya dan jongkok. Lalu...cuuurrr...
Usai membersihkan kelaminnya, dengan wajah lega Inda keluar kamar
mandi. Namun...
"Eehhh...ada apa ini? Ehhh...Mbak Upik....?" Inda terpekik.
Di depannya, seorang lelaki meringkus Ummi. Di tangan lelaki yang
meringkusnya ada sebilah clurit yang ditempelkan di lehernya, menekan
jilbab gadis Jepara itu. Inda juga terkejut melihat Upik yang pingsan
tergeletak telanjang di meja makan.
Ummi cuma bisa menggumam dan menggeliat-geliat ketika tiga lelaki di
sekelilingnya meremas-remas payudara dan selangkangannya. Sementara
Inda masih kebingungan.
"Oke adik kecil. Kamu lihat mbakmu di meja makan itu? Lihat juga yang
di kamar ini..." kata seorang lelaki sambil membuka pintu kamar
Uswatun. Inda memekik lagi melihat keadaan di dalam kamar.
"Kalian...mau...apa...?" katanya gemetar.
"Nah. Itu pertanyaan bagus. Lihat clurit ini, siap memotong leher
Mbakmu, kalau kamu membantah perintah kami. Oke, sekarang lepas
rokmu. Perlihatkan kepada kami memek yang barusan kamu bersihkan
itu," lanjut lelaki itu.
Wajah Inda pucat pasi. Ia berdiri gemetar.
"Cepat...!!!"
"Mmmmfff...ngghhh..." Ummi meronta, clurit itu ditarik ke arah
lehernya.
Inda ketakutan. Cepat-cepat ia memelorotkan rok abu-abu panjangnya.
Kelima lelaki itu berdecak melihat kemulusan paha Inda di bawah blus
putihnya.
"Celana dalam juga!" lanjut lelaki yang meringkus Ummi. Ummi kembali
mengerang saat clurit ditarik lagi ke arah lehernya.
Inda memelorotkan celdamnya. Kelaminnya tak sampai kelihatan karena
tertutup blus panjangnya.
"Bagus, sekarang angkat bajumu dan kamu keliling tawarkan memek
kamu,"
Inda perlahan mengangkat blusnya. Kelima lelaki itu kembali bersorak
melihat vagina yang nyaris tak berambut itu. Apalagi, Inda kemudian
berjalan mendekati mereka.
"Siapa mau, siapa mau..." kata Inda lirih.
"Mau apa? Bilang yang keras..."
"Ihik....ihik...siapa mau...ihik...memek...siapa
mau...memek...ihiikk..." Inda terisak.
"Bilang...memek perawan gitu..."
"Siapa mau memek...ihik...perawan..." kata Inda sambil berkeliling.
Beberapa kali ia terpekik. Para lelaki yang didatanginya memegang-
megang vaginanya dan menarik-narik rambut di situ.
"Aku mau lihat memek perawan..." kata seorang di antara mereka lalu
berjongkok dan memegangi pinggang Inda.
Inda menggeleng-gelengkan kepalanya ketika lelaki itu mendekatkan
wajahnya ke pangkal pahanya. Kumis lelaki itu membuatnya kegelian.
Apalagi, kini ia merasakan bibir kelaminnya dikuakkan dan...
"Aeengghhh..." Inda merasa bagian dalam vaginanya dijilati...
Sementara dua lelaki mengapit di kanan kirinya, mengangkat seragam
putih lengan panjangnya sampai ke dada. Lalu bra-nya yang cuma ukuran
32 ditarik turun. Inda terisak, kedua lelaki itu kini mempermainkan
payudaranya yang tengah tumbuh. Meremas-remas dan memilin-milin
putingnya.
ABG itu mengerang-erang ketika akhirnya tiga titik sensitif di
tubuhnya diserang jilatan dan kuluman. Ia tak tahu, apakah yang
dirasakannya adalah siksaan atau kenikmatan. Yang jelas, di tengah
kejengahannya, ia merasakan sesuatu yang seolah meledak dalam dirinya
dan membuat sekujur tubuhnya lunglai.
Sementara Ummi, mahasiswi di depannya, tersiksa bukan main melihat
teman kos termudanya dilecehkan sedemikian rupa. Apalagi, ia sendiri
menghadapi ancaman yang tak kalah mengerikan. Dua lelaki yang
meringkusnya pun mempermainkannya.
Jilbab coklat Ummi disampirkan ke pundaknya. Lalu, bajunya dilubangi
selebar 10 cm dengan clurit, tepat di bagian tonjolan kedua
payudaranya, sehingga menampakkan bra putihnya. Tepat di pucuk bra
itu, dibuat lagi lubang seujung jari. Akibatnya, kedua puting Ummi
nongol dari situ.
"Tolong...jangan...kalian sudah perkosa...tiga teman kami...apa itu
belum cukup..." katanya mengiba saat kedua putingnya ditarik-tarik
melalui lubang kecil itu.
"Wah...belum Non. Kan di rumah ini ada 6 memek. Nanti kalau semua
sudah kami perkosa... baru cukup..." sahut lelaki yang memegang
clurit sambil mengakhiri kata-katanya dengan mengulum puting kiri
Ummi. Lelaki di sebelahnya pun melakukan hal serupa pada puting
kanan.
Inda yang dirubung tiga lelaki kini betul-betul telanjang, kecuali
selembar kain putih di kepalanya. Tubuhnya yang putih mulus basah
kuyup oleh keringat dan liur ketiga lelaki.
"Bawa sini anak manis itu..." kata pimpinan kelompok sambil tangannya
yang berada di balik celana dalam Ummi terus meremas-remas.
Inda yang terus berlinang airmata kini berdiri berhadap-hadapan
dengan Ummi yang tak kalah takutnya. ABG itu menggeliat ketika puting
kanannya dipilin pimpinan kelompok.
"Nah sayang... Mbakmu ini perlu solider dengan nasibmu kan? Oke,
sekarang kamu telanjangi dia ya?" katanya sambil memperkeras
pilinannya.
"Aduh...adududuh...iya...iya..." sahut Inda, lalu mulai melucuti
kancing jubah coklat muda Ummi.
Tak lama kemudian, tak ada lagi yang melekat di tubuh gadis itu,
kecuali jilbabnya. Tubuhnya bagus juga. Payudaranya tak besar, tapi
tampak bulat dan berisi dengan puting yang mungil dan mengacung.
Pangkal pahanya tampak menggembung dengan sedikit rambut di situ.
Ummi terisak-isak ketika ditelentangkan. Lalu Inda pun dipaksa
tengkurap di atas tubuhnya dengan posisi '69'. Kedua gadis itu kini
dapat saling melihat kelamin mereka.
"Ayo, sekarang mulai saling menjilat!"
Para lelaki kemudian menekan kepala dan pantat Inda. Akibatnya, mulut
Inda rapat ke vagina Ummi. Sementara vaginanya rapat ke mulut Ummi.
Kedua gadis itu mengerang-erang dan mencoba memalingkan wajah mereka.
Bibir keduanya terkatup, begitu pula mata mereka.
PLAKKK...PLAKKK....
"Awwww...." Inda menjerit. Kedua bulatan pantatnya ditampar keras
sampai memerah.
"Cepat jilat, jangan bikin kami marah. Dan pelototin memek di depanmu
itu!"
"Aduhhhhh..." giliran Ummi memekik. Rambut yang tak seberapa di
vaginanya dijambak hingga tercabut sebagian.
"Kamu juga, jilatin memek di atasmu itu!"
Tak ada pilihan lain bagi keduanya selain mulai saling menjilat.
Kelima lelaki itu melotot memandangi adegan langka yang tak bakal
ditemui di situs internet manapun, sambil sesekali mempermainkan
payudara mereka. Keduanya mulai merintih-rintih setelah 15 menitan
saling menjilat. Apalagi, 5 menit terakhir, bibir vagina mereka
dikuakkan, sehingga lidah 'lawan' menyapu klitoris masing-masing.
Vagina keduanya kini tampak mengkilap. Basah oleh liur dan cairan
yang keluar dari celahnya. Inda hampir menjerit ketika tiba-tiba
kepalanya didongakkan dan tepat di hadapannya sebatang penis
mengacung tegak. ABG itu tak kuasa menolak saat dipaksa mengulumnya.
Lalu, kepala bagian belakangnya dipegangi dan penis itu pun
digerakkan maju mundur di dalam rongga mulutnya. Inda ingin teriak,
apalagi ia merasa sebatang telunjuk dipaksa masuk ke dalam anusnya.
Tapi yang keluar hanya gumaman.
Ummi mengalami penderitaan serupa. Bahkan lebih parah. Dalam posisi
berbaring, kepalanya dipaksa mendongak dan sebatang penis disodokkan
ke rongga mulutnya. Posisi itu membuat kantung zakar lelaki di
atasnya menutupi hidungnya hingga ia kesulitan bernapas.
Tapi untungnya tak lama. Lelaki itu segera menarik keluar penisnya
yang tampak amat tegang dan basah oleh liurnya. Di tengah
kelegaannya, Ummi mencemaskan nasib Inda. Sebab, dilihatnya kepala
penis itu kini menekan pintu liang vagina Inda. Betul saja....
"Eungghhhhhh...ummmffff....engggghhhh...." terdengar Inda mengerang
keras dan tubuhnya meronta-ronta. Penis itu didorong dengan kekuatan
penuh, menerobos segala halangan di dalam vaginanya.
"Uuuuhhh....memek perawan yang hebat!" komentar pemilik penis itu. Ia
merasakan penisnya seakan dicengkeram oleh dinding vagina Inda yang
sempit. Namun bagi Inda, itu dirasakannya sebagai rasa pedih luar
biasa.
Perlahan lelaki itu menarik mundur penisnya. Cengkeraman dinding
vagina yang kuat dirasakannya sebagai kenikmatan luar biasa. Tapi
tidak bagi Inda. Ia merasa seolah sebilah belati menyayat di dalam
vaginanya. Lain lagi dengan Ummi. Ia bergidik melihat sepanjang
batang penis di hadapannya berlumur lendir dan darah keperawanan
Inda.
Sekejap kemudian, kembali lelaki itu mendorong dengan kekuatan penuh.
Kali ini ia tak ingin berlama-lama. Digenjotnya sekuat tenaga sambil
berpegangan pada pinggul gadis remaja itu. Sampai akhirnya, Inda
merasakan semburan panas di dalam rongga kelaminnya. Ia ingin teriak,
tapi penis besar masih menyumbat mulutnya. Apalagi, selang beberapa
detik kemudian, penis di mulutnya juga menyemburkan sperma.
Inda nyaris tak sadarkan diri ketika penis di dalam mulutnya ditarik
keluar. Seketika itu juga, kepalanya didongakkan dan rahangnya
dikatupkan. Akibatnya, Inda terpaksa menelan cairan kental yang
membuatnya mual itu.
Posisi itu membuat Inda menduduki wajah Ummi. Ummi pun mengalami hal
serupa. Ia dipaksa membuka mulutnya. Perlahan, cairan putih kental
bercampur darah Inda mengalir dari celah vaginanya dan masuk ke mulut
Ummi. Ketika tetesan hampir berhenti, seorang lelaki di belakang Inda
menyendoki sperma dari dalam vaginanya dan menyuapkan ke mulut Ummi
yang tampak dipenuhi sperma pemerkosa Inda. Ummi pun menelannya
dengan berjuta perasaan mual.
Tapi itu belum seberapa. Seorang lelaki kini berada di tengah antara
kedua kaki Ummi yang mengangkang. Kepala penisnya mulai menekan
vagina Ummi. Ummi ketakutan tapi tak bisa apa-apa.
"Ayo, kamu harus lihat. Ini yang terjadi pada memekmu tadi!" pemilik
penis itu memaksa Inda menunduk. Inda yang masih menahan sakit,
terpaksa melihat saat penis lelaki itu siap menembus kelamin Ummi.
"Aaarrgrrrhhh...arrrgghhhhh....mmmmppfff...." Ummi tak bisa teriak
lebih keras lagi karena mulutnya penuh sperma. Tapi itu cukup untuk
mengekspresikan kesakitannya saat penis lelaki itu menembus vaginanya
dengan kekuatan penuh. Ummi terus mengerang dan merintih. Sebab,
lelaki itu langsung menggenjot dengan kecepatan tinggi. Seolah ingin
segera menyelesaikan. Gesekan yang ditimbulkannya menyebabkan pedih
tak terkira.
Sementara di belakang, Inda menghadapi ancaman baru. Seorang lelaki
mencoba melebarkan lubang anusnya dengan menusukkan jari yang
sebelumnya dilumuri sperma di dalam vaginanya. Ketika dua jari
dimasukkan ke situ, Inda menjerit kesakitan. Namun, belum lagi
jeritannya bertambah keras, mulutnya disumpal dengan celana dalamnya
sendiri.
Akhirnya, yang ditakutkannya terjadi. ABG itu merasa bagian bawah
tubuhnya terbelah saat anusnya ditembus penis lelaki di belakangnya.
Lalu, lelaki itu pun menggenjot dengan kecepatan tinggi sambil kedua
tangannya mencengkeram kedua payudara Inda dari belakang. Posisi itu
membuat payudara gadis remaja itu seakan dibetot ke belakang. Inda
tak kuat lagi, ia pingsan sesaat sebelum lelaki itu menumpahkan
spermanya ke dalam anusnya.
Ternyata, Ummi juga pingsan beberapa saat sebelum pemerkosanya
menumpahkan sperma ke dalam vaginanya. Kendati demikian, seorang lagi
tetap saja menyodominya.
Tangan kedua gadis itu kemudian diikat ke belakang punggungnya. Mulut
Inda dan Ummi pun disumbat celana dalam mereka sendiri. Keduanya
kemudian dibiarkan tergeletak pingsan di dekat meja makan. Empat
lelaki masih memperkuat ikatan ketika tiba-tiba terdengar bentakan.
"Heiii...apa-apaan ini!?"
Ternyata Titin, gadis tertua di kos-kosan itu. Titin terkejut bukan
main melihat 5 lelaki bugil di situ, sedang tiga 'adik'nya tergeletak
telanjang di ruang makan. Melihat Titin datang, pimpinan komplotan
itu langsung mendekatinya.
Namun di luar dugaan, gadis itu tiba-tiba melayangkan tendangan ke
pangkal pahanya. Lelaki itu mengaduh dan jatuh telungkup sambil
memegangi selangkangannya. Empat rekannya segera merubung Titin.
"Wah, cewek secakep kamu bisa karate juga ya?" kata salah satu dari
mereka.
Titin mencoba tenang. Dengan sikap waspada, ia memasang kuda-kuda.
Ketika salah seorang dari mereka mendekat dengan tangan terbuka ke
arah dadanya, Titin menyabetkan tasnya ke wajah lelaki itu. Hantaman
yang telak. Lelaki itu membekap wajahnya yang sakit. Pandangannya pun
nanar.
Namun, seorang lagi berhasil memeluk Titin dari belakang.
"Aiiihhh...." Titin memekik. Sebab, sambil memeluk itu, tangan lelaki
itu dengan kurangajar menangkap kedua payudaranya dari luar jubah dan
jilbab besarnya.
Dengan cepat Titin menyikut lelaki di belakangnya. Lelaki itu
mengaduh dan pegangannya mengendur. Namun, posisi lemah itu, segera
dimanfaatkan dua lelaki lainnya. Seorang dari mereka meninju tepat ke
ulu hati Titin.
Titin mengaduh dan membungkuk. Lalu satu pukulan lagi menghantam
bagian belakang kepalanya. Tak ayal lagi, ia jatuh telungkup.
Setengah sadar, Titin merasa diseret. Lalu, kedua tangannya diikat
dan dengan ikatan di tangannya itu, ia digantung di kusen pintu kamar
Uswatun. Cukup tinggi, hingga ia berdiri jinjit.
Perlahan kesadarannya bangkit. Di saat itulah ia melihat 5 lelaki
bugil mengelilinginya dengan pandangan marah. Titin coba bicara, tapi
tak bisa. Mulutnya disumpal celana dalam entah milik siapa.
"Cewek jalang, harus diberi pelajaran," kata pimpinan komplotan.
"Eungghhhhhh....eungghhhh....mmmmffff...." Titin mengerang. Lelaki
itu dengan marah mencengkeram selangkangan dan kedua payudaranya
berulang-ulang.
Lalu, seolah balas dendam, lelaki itu menyuruh komplotannya menarik
turun celana dalam Titin. Wajah Titin merah padam ketika jubahnya
diangkat ke pinggang lalu celana dalamnya dilepas dan kakinya
dikangkangkan.
"Memek yang cantik. Sayangnya... harus kurusak!" kata lelaki itu
geram sambil menjambak rambut kemaluan Titin. Gadis itu mengerang
lagi...
Lelaki itu tiba-tiba mundur dan sebuah tendangan melayang tepat ke
vagina telanjang itu. Suara berdebuk terdengar keras diiringi erangan
panjang gadis itu. Vagina Titin langsung terlihat memerah.
"Cukup. Skor satu sama. Sekarang telanjangi cewek ini. Kita
lihat...kuat nggak memeknya lawan 5 kontol!"
Titin panik tapi tak bisa berbuat apapun. Kelima lelaki itu seperti
kawanan serigala. Mencabik-cabik pakaiannya, hingga akhirnya tinggal
jilbab dan kaus kaki yang melekat di tubuhnya.
Sambil merokok, pimpinan komplotan itu berlutut di depan Titin. Jari-
jarinya kemudian menguakkan bibir vagina Titin selebar-lebarnya,
seolah hendak merobeknya. Titin mengerang kesakitan. Tapi itu belum
apa-apa. Lelaki itu mendekatkan wajahnya ke arah pangkal pahanya....
CESSSSSS....
"Euuungggggggghhhhhhhhhhh....!!!" Titin mengerang keras dan panjang.
Kepalanya digeleng-gelengkannya menahan sakit. Rokok di mulut lelaki
itu masuk jauh ke dalam liang kelaminnya yang basah dan padam di
situ. Lelaki itu meninggalkan rokoknya terjepit vagina Titin dan
hanya tampak bagian filternya saja.
Sementara Titin masih mengerang dan air mata menitik dari kedua
matanya. Tubuhnya yang tergantung kini diputar menghadap ke dalam
kamar. Matanya membelalak melihat Uswatun dan Erika terikat dan
telanjang bulat di ranjang. Dua temannya yang sudah siuman pun sama
takutnya melihat Titin yang tengah dipermainkan. Entah berapa pasang
tangan meremas-remas keras kedua payudaranya, memilin dan menarik-
narik putingnya.
Titin ketakutan ketika lelaki di depannya menyalakan sebatang rokok
lagi. Ia mengerang dan meronta sejadinya waktu api dari korek gas
didekatkan ke selangkangannya. Dan...api itu membakar rambut
kemaluannya. Panas, tapi tak sampai melukai kulit kelaminnya. Aroma
rambut terbakar memenuhi kamar Uswatun.
Titin mengerang saat kelaminnya diremas-remas dan dengan tiba-tiba
rambut yang tersisa dijambak. Saat itulah dilihatnya seorang lelaki
mendekati Uswatun dan Erika. Kedua gadis itu mengerang saat jari
telunjuk dan tengah kanan dan kiri lelaki itu ditusukkan jauh ke
dalam kelamin keduanya.
Lelaki itu kini berdiri di hadapan Titin sambil mengacungkan empat
jari berlumur sperma. "Aku masih kasihan sama kamu. Ini supaya kamu
nggak terlalu kesakitan," katanya sambil menyusupkan dua jari ke
liang vagina Titin.
Masuk dua ruas, Titin menggeliat-geliat. Lelaki itu menggerakkan
jarinya memutar, seolah hendak melumasi pintu lubang kemaluan gadis
itu.
"Sudah siap bos. Silakan menikmati memek perawan sok tahu ini !"
katanya kepada pemimpin gank itu. Celah vagina Titin kini tampak
mengkilat.
Titin panik. Ia melihat lelaki itu mendekat dengan penis yang panjang
dan besar, mengacung ke arah pangkal pahanya. Ia mengerang-erang saat
mulai merasakan benda mengerikan itu menekan liang vaginanya. Sperma
yang dioleskan tadi memudahkan kepala penis itu masuk. Tapi cuma
berhenti di situ. Sebab, lorong selebihnya betul-betul kering.
Titin mulai kesakitan. Apalagi, di belakang lelaki dengan jari
berlumur sperma menusuk anusnya dengan telunjuk. Lalu, dua jaripun
menusuk-nusuk lubang sempit itu. Kepala gadis itu terdongak ketika
salah satu putingnya dihisap kuat-kuat dan tiba-tiba saja digigit
agak keras.
Rasa sakit di pucuk payudaranya belum lagi hilang, lelaki di depannya
mendengus lalu mendorong pinggangnya maju. Suara erangan Titin
seperti hewan disembelih saat vaginanya akhirnya ditembus. Tapi itu
belum seberapa, seorang lagi menyodominya. Gadis itu kini bagai
sepotong sosis yang terjepit roti sandwich.
Kelima lelaki itu seperti kesetanan. Begitu satu lelaki selesai
menumpahkan spermanya di dalam vagina maupun anus Titin, lelaki yang
lain langsung menggantikannya. Tepat saat lelaki kelima menyelesaikan
hajatnya, Titin pingsan. Kepalanya terkulai lemah.
Kelima lelaki itu tertawa-tawa sambil memandangi korban terakhir
mereka. Dari celah pangkal paha Titin mengalir sperma bercampur darah
keperawanannya. Tubuh Titin kemudian diturunkan dari gantungan.
Namun, kedua tangannya kembali diikat ke belakang tubuhnya.
Giliran Uswatun dan Erika yang berbaring bersebelahan yang ketakutan.
Sebab, Titin diangkat seorang lelaki dengan posisi kaki mengangkang.
Dari celah vaginanya masih terlihat cairan putih menetes-netes.
Uswatun menggeleng-geleng ketika selangkangan Titin didekatkan ke
wajahnya. Tapi tak urung wajah lembut gadis itu pun ternodai tetesan
sperma dari vagina Titin. Erika pun diperlakukan serupa, sebelum
akhirnya Titin dibaringkan di sebelah mereka.
Kelima lelaki itu tak juga lelah mempermainkan korban-korbannya.
Pemandangan di kamar itu sungguh beraroma nista. Lima lelaki
telanjang bulat dengan tubuh mengkilap karena keringat, merubung tiga
gadis berjilbab, tetapi terbuka total di bagian bawahnya. Tak bosan-
bosannya mereka meremas-remas payudara ketiga gadis itu.
Pimpinan komplotan itu masih juga dirasuki dendam kepada Titin. Ia
ingin gadis itu merasakan penderitaan. Disulutnya rokok, asapnya
dihembuskan ke wajah Uswatun. Gadis itu memalingkan wajahnya. Tapi
mendadak terdengar erang kesakitan Erika. Sebabnya, lelaki itu
menyetuhkan batang korek api yang telah padam ke puting susunya.
Meski sudah padam, panasnya masih menyakiti bagian sensitif itu.
"Yuk, bangunin cewek ini. Kita kerjain sampai dia betul-betul kapok,"
katanya.
Sambil berkata begitu, ia menarik-narik kedua puting Titin yang masih
pingsan. Lalu, disentuhnya pelan puting kanan Titin dengan ujung
rokoknya. Spontan terdengar erangan gadis itu. Matanya berkerjap-
kerjap dan keningnya berkerut. Belum lagi ia sadar sepenuhnya,
giliran klitorisnya disundut rokok. Kali ini tubuhnya mengejang dan
dari mulutnya terdengar erangan panjang.
"Ha...ha...ha... bagus kamu sudah bangun. Sebab, kamu harus merasakan
sakitnya!" kata pemimpin komplotan sambil menjepit dua puting Titin
kuat-kuat dan menariknya ke atas hingga punggung gadis itu
melengkung.
Dari kaki ranjang, ia mengambil handuk kecil dan membungkus dua
jarinya dengan handuk putih itu. Titin meronta-ronta ketika jari
terbungkus handuk itu ditusukkan ke liang vaginanya. Di dalam, jari
lelaki itu bergerak berputar, menyapu segenap sudut vagina Titin.
Pedihnya tak terkira.
Ketika ditarik keluar, handuk putih itu terlihat bernoda lendir putih
bercampur noda merah. Tak cuma Titin, Uswatun dan Erika pun mengalami
hal serupa. Keduanya mengerang dan meronta dengan sia-sia.
Lalu kelima lelaki itupun mengulangi lagi perkosaan atas ketiganya.
Vagina yang kering membuat ketiganya kembali merasakan pedih yang
amat sangat. Untuk pertama kali, Titin harus menahan mual di antara
rasa sakitnya, sebab mulutnya dipaksa mengulum penis salah satu
pemerkosanya.
Yang paling menyiksanya dan nyaris membuatnya kembali pingsan adalah
saat ia dipaksa menerima penis seorang lelaki di dalam vaginanya
dalam posisi duduk. Begitu penis itu menancap jauh, tubuhnya ditarik
pemerkosanya ke belakang, hingga kini ia berbaring di atas perut
pemerkosanya. Lalu, dari depan, seorang lelaki memaksa penisnya masuk
ke dalam vaginanya yang telah dipadati sebatang penis. Kalau saja
mulutnya tak tersumpal penis, Titin pasti sudah menjerit histeris,
karena sakit yang luar biasa.
Tapi ternyata itu baru permulaan. Sebab, kelima lelaki itu
menuntaskan hajat mereka dengan menumpahkan sperma ke dalam mulut
gadis itu.
Gadis itu lalu dipaksa berdiri lagi merapat ke lemari dan diikat
dengan tangan ke atas. Posisi itu membuat payudaranya membusung. Para
lelaki kemudian mengikat pangkal payudaranya dengan tali rafia hingga
kedua buah dadanya melembung seperti balon dan merah tua karena darah
mengumpul di situ.
Tak hanya itu kedua putingnya kemudian diikat dengan sehelai benang.
Di ujung masing-masing benang diikatkan sebuah batu baterai besar.
Titin merintih-rintih menahan pedih. Sementara dari sudut bibirnya
menetes sperma para pemerkosanya.
***
6 gadis masih tak berdaya di tempat masing-masing usai rangkaian
pemerkosaan brutal itu. Sementara para pemerkosanya kembali duduk
santai di ruang tamu. Mereka merancang sebuah rencana panjang atas
para korbannya sambil menunggu seorang lagi yang bakal datang pukul
15.00.

Yang mereka tunggu pun datang, tepat pukul 14.50. Seorang gadis
mungil berkaus ketat lengan panjang merah jambu dan jilbab pendek
sewarna. Penampilannya khas gadis masa kini. Berjilbab, tetapi
keseksian tubuh justru ditonjolkan. Itu pula yang terlihat padanya.
Gundukan kecil sepasang payudara tampak mencuat di balik kaus
ketatnya. Begitu ketatnya, sampai-sampai garis branya tercetak jelas
di sana. Sementara celana kaus ketat hitamnya pun memperlihatkan
lekuk pangkal pahanya dengan jelas. Pemandangan indah itulah yang
disaksikan para lelaki dari balik kaca ketika gadis itu mengetuk
pintu.
Pintu dibuka. Gadis itu tampak agak terkejut melihat 5 lelaki di
ruang tamu.
"Silakan masuk Mbak, sudah ditunggu Mbak Erika," kata yang membuka
pintu.
Tapi gadis itu berusaha tak peduli. Ia pun duduk di kursi kosong,
terpisah dari para lelaki.
"Teman kuliah Mbak Erika ya?" tanya pimpinan komplotan.
"Bukan," jawabnya singkat.
"Eh...mbak siapa namanya...kuliah di mana?" lanjut lelaki itu sambil
mengulurkan tangan dan menyebutkan namanya.
Tak ingin bersikap kaku, gadis itu membalas jabat tangan lelaki itu.
"Lina...saya nggak kuliah kok," sahutnya sambil sedikit tersenyum.
"Oh...kerja ya Mbak? Di mana?"
"Saya wartawan..." lanjut Lina. Gadis itu agak menikmati kekaguman
yang terpancar di wajah para lelaki. Tapi ia tak sadar, di balik
pandang kagum itu tersimpan nafsu yang besar.
"Wah, hebat. Tapi jadi wartawan bahaya lho buat perempuan secantik
Mbak," lelaki itu mulai menebar perangkap.
Wajah Lina memerah, setengah senang setengah malu, selebihnya mulai
jengkel.
"Ah, biasa saja," katanya.
"Betul Mbak, bahaya. Apalagi, biar pakai jilbab, Mbak kelihatan seksi
lho!"
"Mbak Erikanya mana sih?" sahutnya coba mengalihkan perhatian.
"Ngomong-omong, itu susu ukuran berapa sih?" lanjut lelaki itu
diikuti tawa teman-temannya.
Lina kini kelihatan marah. "Kalian ngomong apa sih? Jangan kurangajar
gitu dong!" katanya sambil berdiri.
"Eh, jangan marah gitu dong. Saya kan cuma tanya ukuran susu. Pegang
juga belum," kata lelaki itu.
"Ihh...sebel!" kata Lina sambil berbalik ke arah pintu.
Tapi tiba-tiba tubuhnya direngkuh dari belakang dan sebilah belati
menekan lehernya.
"Aiiii...ap...apa-apaan ini," katanya coba meronta. Tapi tubuh
mungilnya kalah kuat. Ia didorong ke tengah para lelaki.
"Nggak usah ribut, sayang. Nurut saja, kalau nggak ingin susu kecil
ini copot dari badanmu," kata pimpinan komplotan sambil menjumput
gundukan kecil di dada Lina. Lina menggigit bibirnya menahan ngilu.
Ia kini tak berdaya, sebab kedua tangannya diikat ke belakang. Maka
leluasalah para lelaki menjamah sekujur tubuhnya. Payudaranya yang
cuma sekepalan tangan mungilnya menjadi sasaran favorit. Bahkan, dari
luar t-shirt ketatnya, seseorang menemukan putingnya dan terus
memilin-milinnya.
"Awwwhhh...aduhhh, sudah dong...aduhhhh,
lepaskan...saya....aduhhh...saya janji nggak lapor
polisi...adududuhhhhh...mmmfff...." Lina makin kesakitan, tapi ia tak
bisa berteriak. Salah satu lelaki menciumnya dengan amat bernafsu,
sementara pangkal pahanya diremas-remas dengan kasar. Begitu pula
kedua gundukan pantatnya.
Lina kini dibaringkan di meja ruang tamu. Kedua kakinya ditekuk ke
atas hingga mengangkang seluas-luasnya. Lina nyaris menjerit ketika
melihat sebatang penis besar di depan wajahnya. Tapi mulutnya
langsung terbungkam karena penis itu dipaksa masuk ke mulutnya yang
mungil.
Gadis itu betul-betul tak berkutik. Ia merasakan t-shirtnya ditarik
ke atas, lalu bra-nya dibetot hingga putus. Lina nyaris menggigit
penis di dalam mulutnya karena sakit luar biasa akibat kedua
putingnya dijepit dan ditarik-tarik.
Lina makin panik waktu celana kaus ketatnya di bagian pangkal paha
digunting hingga memperlihatkan celana dalam putihnya. Cd-nya pun
mengalami hal serupa, sobek di bagian tengah. Para lelaki berebut
melihat dari celah itu, vaginanya yang mulus, nyaris tanpa rambut.
Tubuh Lina mengejang dan dari mulutnya yang terbungkam terdengar
erangan kesakitan. Ternyata pimpinan komplotan menusukkan satu
jarinya ke liang vaginanya sejauh-jauhnya. Keperawanannya hilang
hanya oleh satu tusukan.
Pedihnya belum hilang saat penis yang beberapa kali lipat lebih besar
dari jari, ganti menusuk vaginanya.
"Hebat...aku dapat memek wartawati....hihhh...hihhh..." katanya
sambil mendorong pinggangnya jauh, sekuat tenaga.
Lina nyaris pingsan ketika semburan cairan kental memenuhi rongga
mulutnya, lalu menyusul cairan yang hangat di dalam rongga vaginanya.
Tapi para lelaki tak memberinya kesempatan beristirahat. Segera saja
ada yang menggantikan posisinya.
Darah menodai pangkal pahanya. Tapi itu tak membuat seorang di antara
mereka menusukkan penisnya ke anusnya yang sempit. Kali ini Lina
mencapai batas kemampuannya. Ia pingsan. Tapi tetap saja perkosaan
berlanjut, sampai semua lelaki kehabisan tenaga, membiarkan Lina
tergeletak dengan paha mengangkang yang memperlihatkan gumpalan
sperma bernoda darah di situ, serta mulut mungilnya yang meneteskan
sperma. Sepasang payudaranya yang mungil tampak merah kebiruan bekas
remasan kasar. Salah satu putingnya lecet dan menitikkan darah.
*****
Para pemerkosa itu tampaknya belum betul-betul puas. Mereka
memasukkan motor Lina ke garasi dan mengunci rapat pagar rumah serta
menutup korden ruang tamu. Kini tak ada yang mengira ada kehidupan di
dalam. Para tetangga pun menyangka para mahasiswi yang kos di situ
tengah pulang kampung.
Hari mulai gelap ketika 7 gadis berjilbab dikumpulkan di ruang
tengah. Semua telah sadar dari pingsannya. Dan semua kini dalam
ketakutan luar biasa. Kelima lelaki itu di depan mereka masing-masing
memegang sebuah botol minuman keras dan menenggaknya.
Para gadis dalam kelelahan dan kesakitan luar biasa. Mereka tak punya
keberanian lagi untuk melawan, apalagi di tangan para lelaki
tergenggam berbagai senjata tajam. Tapi mereka agak lega ketika satu
persatu diperintah untuk mandi di kamar mandi yang terbuka dan
kembali berpakaian rapi, namun tanpa pakaian dalam lagi.
Kini di ruang tengah itu berkumpul 7 gadis berjilbab.
"OK, sekarang waktunya pesta. Kamu berdiri, kita akan buat album
foto!" pimpinan komplotan menunjuk Lina.
Gadis mungil itu ketakutan. Perlahan ia berdiri di depan 6 temannya.
Pangkal celananya yang sobek tak begitu tampak. T-shirt ketatnya
masih menampakkan bentuk payudaranya yang tak seberapa besar. Kali
ini putingnya tampak membayang, karena ia tak mengenakan bra.
"Ayo, joget dan mulai lepaskan baju dan celanamu. Jilbabmu nggak usah
dilepas," lelaki itu melanjutkan.
Kebetulan TV menyiarkan lagu-lagu dangdut. Dengan iringan dangdut
itulah Lina mulai bergoyang. Kilatan lampu blitz menerpa tubuhnya
saat ia mulai melepas celana panjang ketat disusul celana dalamnya.
Lalu, t-shirtnya pun lepas. Sementara para gadis dipaksa
memperlihatkan kegembiraan dengan bertepuk tangan dan tertawa-tawa.
Ketika Lina usai, ia ganti duduk di tengah rekannya yang lain. Lalu,
gadis-gadis lain mendapat giliran menari striptease. Dari keadaan
tertutup rapat, gadis-gadis itu kini telanjang bulat, kecuali jilbab
di kepala mereka.
Ketujuh gadis itu kemudian difoto dengan beragam pose. Termasuk di
antaranya pose seolah mereka sedang berpesta lesbian. Uswatun difoto
dalam keadaan berdiri dengan Titin di bawah menjilati
selangkangannya, sedang di belakangnya Erika memegangi kedua
payudaranya. Ketujuh gadis itu juga difoto saat mulut mereka mengulum
penis. Titin bahkan difoto dengan leher botol menusuk vaginanya dan
kedua putingnya dihisap Inda dan Upik.
Usai sesi fotografi itu, ketujuh gadis dibaringkan di lantai dan satu
persatu para lelaki kembali menyetubuhi mereka. Pesta gila itu
berlangsung semalam suntuk. Ketujuh gadis berulangkali pingsan akibat
kelelahan dan sakit amat sangat. Menjelang pagi, baru para lelaki itu
merasa puas. Tapi mereka tak segera pulang. Setelah ketujuh gadis itu
betul-betul siuman, mereka kembali dikumpulkan di ruang tengah, masih
tanpa busana dan jilbab yang kusut serta sekujur tubuh yang basah
oleh sperma.
"Oke, kalian semua sungguh memuaskan. Tapi ingat, lain kali kami akan
datang lagi kapanpun kami mau. Atau, kalian yang datang ke mana kami
perintahkan. Ingat, foto-foto kalian akan tersebar di kampus dan di
internet jika kalian berani bicara kepada siapapun," kata pimpinan
komplotan itu.
"Mengerti?!" katanya sambil meremas payudara Titin. Gadis itu
mengangguk lemah. Pertanyaan serupa diajukannya kepada 6 gadis
lainnya, juga sambil mencengkeram payudara mereka.
***
Lima lelaki itu telah pergi. Tujuh gadis di rumah itu saling
berangkulan sambil terisak-isak. Mereka tak tahu apa yang harus
mereka lakukan. Tapi mereka sadar, mereka kini telah jadi budak seks
lima lelaki itu.

Video Syuur

Foto Syuur

Download Cerita Disini


Please CLICK Our Sponsor to keep this site going.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar