Selasa, 21 April 2009

Tengah Malam di Stasiun Radio

Cerita Dewasa : Tengah Malam di Stasiun Radio

Yudha menghela nafas panjang, terlalu panjang hingga menarik perhatian Fergie yang baru saja memasuki ruang siar.
“Kenapa, Dha? Malem minggu kok BT banget?”
Yudha hanya tersenyum kecut. Dia mengambil log iklan, mengisi beberapa kolom yang masih kosong dan menandatanganinya, lalu berlalu meninggalkan ruang siar, tanpa sepatah katapun menjawab pertanyaan Fergie.
Fergie mengelengkan kepalanya, namun akhirnya dia mengerti setelah melihat list lagu-lagu yang tadi Yudha putar saat siaran.
“Lagu itu….,” gumam Fergie pelan.



Di ruang tamu, Sissy sedang sibuk bercanda dengan beberapa pendengar yang berkunjung. Yudha melewati mereka sambil mengangguk dan tersenyum, lalu cepat-cepat menghilang menuju teras. Udara sejuk langsung menerpa wajahnya begitu dia sampai di teras. Sudah 4 malam dia selalu menyendiri di teras ini setiap selesai siaran, itu artinya sudah 4 hari Lala meninggalkannya. Lamunan Yudha kembali melayang, hingga tanpa terasa sudah 2 jam dia duduk di teras, Fergie telah selesai siaran acara terakhir dan Radio telah off air.
“Gue pulang ya, Dha. Sori gak bisa nginep. Lo gantiin gue ngisi acara Morning Spirit besok pagi, ntar gue siaran Top ten” Ucapan Fergie membuyarkan lamunan Yudha.
Yudha mengangguk, lalu melirik ke ruang tamu. Sissy juga sudah pulang bersama tamu yang tadi ngobrol dengannya. Namun di tuang tamu masih ada seorang gadis yang duduk dengan gelisah. “Itu siapa?” Tanya Yudha pada Fergie.
“Fia,” jawab Fergie. “Dia lagi nunggu temen-temennya. Temenin dulu gih, Dha. Kasihan sendirian. Gue cabut ya.”
Sepeninggal Fergie, Yudha menuju ruang tamu dan menemui Fia. “Nunggu temen, Fi?” Sapanya sambil duduk di sebelah Fia.
“Iya, Dha. Sori ngerepotin. Aku nunggu temen-temenku jemput ke sini. Gak apa-apa kan aku nunggu di sini? Soalnya aku gak berani pulang sendirian.”
Yudha memperhatikaan Fia. Umurnya kira-kira 18 tahun, rambut panjangnya yang diikat membuat leher jenjangnya terlihat indah. “Gak papa kok,” Jawab yudha kemudian.”Kebetulan aku memang lagi belum pengen tidur. Malah untung ditemenin cewek cakep.”



Kemudian mereka terlibat obrolan selama setengah jam. Obrolan ini membuat yudha melupakan kesedihannya akibat ditinggal oleh Lala. Fia bercerita bahwa dia sedang jalan-jalan dengan teman-temannya. Namun akhirnya dia memilih untuk menunggu di Studio Radio ini ketika teman-temannya yang lain memutuskan untuk booking kamar hotel.
“Jadi mereka nginep di hotel dan membiarkan kamu nunggu di sini?” Tanya Yudha kemudian.
“Mereka gak nginep, cuman short time. Janjinya sih mereka mau jemput aku jam setengah satu. Tapi kok belum jemput juga ya?”
Yudha melirik jam tangannya, jam satu malam kurang sedikit. “Ya udah, tunggu saja dulu. Kenapa kamu gak bawa pacar kamu supaya kamu juga bisa ikut ke hotel?”
“Pacarku ke luar kota sejak beberapa bulan lalu,” jawab Fia singkat. “Dha, anterin ke kamar kecil dong, aku gak berani sendirian.”
Yudha mengangguk, lalu mereka berdua menuju ke belakang.



Sebuah kecelakaan kecil mengawali inti cerita ini. Fia terpeleset ketika keluar dari kamar mandi. Secara refleks Yudha menangkap tubuh Fia, aroma wangi tercium dari tubuh Fia yang merapat dalam pelukannya. Naluri lelaki Yudha bangkit, dengan lembut dia mencium leher fia yang dari tadi menarik perhatiannya.
“Mmmhhh…,” Fia mendesah, namun tak ada perlawanan. Yudha terus menyusuri leher Fia dengan bibirnya. Fia menggelinjang dan mendesah-desah. Gadis itu menyambut bibir Yudha ketika ciuman Yudha beranjak ke atas. Mereka berciuman beberapa saat hingga tanpa sadar, retsleting baju Fia telah terbuka memperlihatkan buah dada Fia yang membusung keras.
Yudha melepaskan rangkulannya. “Kita terusin di kamar yuk,” bisiknya sambil menjilat belakang telinga Fia.
Fia menggelinjang geli. “Mmmmhh.. tapi aku telpon temen-temenku dulu.”

Lalu Fia menelepon teman-temannya dan mengatakan bahwa dia tidak perlu dijemput karena dia pulang duluan.



Setelah Fia selesai menelepon, Yudha langsung membopong tubuh Fia dan membawanya ke kamar. Di atas tempat tidur dia menindih dan menggumuli tubuh Fia dengan lembut. Fia mengerang dan mendesah ketika lidah Yudha mempermainkan putting susunya. Dari gerakan tubuh dan erangan Fia, Yudha dapat menduga bahwa gadis ini memiliki nafsu yang besar namun belum terlalu berpengalaman.
Satu persatu Yudha mempreteli pakaian Fia hingga telanjang bulat, dan kemudian dia membuka pakaiannya sendiri. Secara perlahan Yudha merubah cumbuannya yang lembut menjadi ganas dan liar sehingga membuat bibir Fia mengeluarkan rentetan desahan dan erangan. Cumbuan Yudha mulai mengarah ke bawah. Sebuah lenguhan kecil keluar dari mulut Fia ketika lidah Yudha mempermainkan bulu-bulu halus di bagian bawah, lenguhan itu berubah menjadi teriakan kecil ketika lidah Yudha menjilati lubang rapat di bawahnya. Gadis ini masih perawan.



Setelah bermain selama beberapa lama di vagina Fia dan membuat vagina tersebut mengeluarkan cairan pertama, Yudha beranjak ke atas dan menindih tubuh Fia. Gesekan kulit Fia yang halus semakin membuat Yudha terangsang. “Kamu belum pernah bercinta ya?” tanyanya.

Fia menggeleng, matanya tetap terpejam sambil menggigit bibir. “Pacarku selalu menolak melanjutkan saat aku mulai terangsang hebat,” jawabnya dengan nafas tersengal-sengal. Dia kembali berteriak ketika rudal Yudha yang telah sampai pada puncak ereksi mengesek-gesek bagian luar vaginanya.
Yudha sengaja mempermainkan Fia selama beberapa lama. Gesekanitu memberikan sejuta rangsangan padanya, dan juga membuat Fia kelojotan sambil mengerang tanpa henti. Fia memeluk tubuh di atasnya dengan erat. “Dha, aku gak tahan lagi…” Rengeknya.



Akhirnya Yudha juga mulai tak tahan. Dia mengarahkan penisnya, lalu menekan dengan perlahan.
“SSSSSHHHHHHH……” Usaha Yudha untuk memasukkan penisnya membuat Fia mendesis. Fia melebarkan kakinya, berusaha membantu usaha Yudha yang sedikit kesulitan.
Setelah beberapa kali menekan-nekan, Yudha mengambil posisi dan secara mendadak menekan dengan keras.
Blesssshhhhh…. Penisnya masuk secara mendadak. Yudha mengerang, Fia menjerit.
“Ahhhh.. Dha…. Sakiiittttt…” Teriak Fia sambil memeluk erat tubuh Yudha.
Yudha juga merasakan sensasi hebat ketika penisnya menerobos. Vagina perawan Fia terasa begitu nikmat dan seret. Dia mulai bergerak keluar masuk secara perlahan –mengulang dan mengulang—penisnya menyalurkan kenikmatan tak ketara.
Fia yang baru kali ini merasakan sebuah penis keras yang masuk ke vaginanya tak henti-henti mengerang. Rasa sakit bercampur nikmat membungkus sukmanya ketika penis Yudha memenuhi dinding vaginanya. Secara naluri, Fia menggerakkan otot vaginanya dan mengurut penis Yudha yang terus keluar-masuk. Hal ini semakin menambah sensasi kenikmatan yang dia rasakan.
Yudha merasakan jepitan dan gerakan dinding vagina Fia yang mengurut-urut penisnya. Dia mengerang, lalu mempercepat gerakannya, mengejar puncak kenikmatan yang sebentar lagi menghampiri.
“Ahhh… Percepat, Dha. Terussss….”
“Sbentar lagi, Sayang…. Ugh… Nikmat..”



Namun puncak kenikmatan belum teraih juga, Yudha semakin mempercepat gerakan keluar masuknya. Fia merasakan setiap gesekan menembus ulu hatinya. Tubuhnya bergoncang-goncang akibat gerakan Yudha yang semakin liar dan ganas.
Setelah beberapa lamna, akhirnya Yudha mulai meraih puncak. “Ah…… Fia…. Nikmat sekali……..”
“Hmhhhhh….. Terus, Dha……”
“Aku mau keluar. Keluarin di mana?”
“Di dalam ajaaa… Aku juga mau keluar…..”
Mereka berdua mengejang, dua erangan keras beradu. Yudha dan Fia mencapai puncak bersama-sama. “Semprotan cairan Yudha memenuhi vagina Fia dan tumpah keluar bersamaan dengan dicabutnya penis Yudha. Penis itu berlumuran cairan kenikmatan bercampur darah.
Fia tergolek lemas dengan nafas memburu… Tubuh indahnya tampak jelas, dibasahi keringat.



Yudha menghempaskan tubuhnya di samping Fia. Sebuah senyum puas bermain di bibirnya. Dia memeluk Fia dari samping smbil meremas-remas buah dada Fia. Yudha membiarkan Fia beristirahat sejenak sebelum nantinya dia akan kembali mencumbu dan menyerapi sari yang tersisa pada tubuh ini secara berulang-ulang hingga pagi tiba.
Malam ini ada satu perawan lagi yang berhasil dia nikmati tubuhnya.

Tamat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar